VARIABEL DAN INDIKATOR DALAM PENELITIAN
I. PENDAHULUAN
Setiap penelitian kuantitatif dimulai dengan menggunakan konsep penelitian yang digunakan karena konsep penelitian merupakan kerangka acuan peneliti dalam mendesain instrumen penelitian. Konsep juga dibangun dengan maksud agar masyarakat akademik atau masyarakat ilmiah maupun komsumen penelitian atau pembaca laporan penelitian memahami apa yang dimaksud dengan penelitian variabel, indikator, parameter, maupun skala pengukuran yang dimaksud peneliti dalam penelitiannya.
Sebagai hal yang umum, konsep dibangun dari teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti. Karena itu kosep memiliki tingkat generalisasi yang berbeda satu denagn lainnya, bila dilihat darikemungkinan dapat diukur atau tidak. Misalnya, konsep kepuasan pegawai, lebih mudah dapat diukur dari pada konsep kesejahteraan pegawai. Konsep tingkat penjualan, lebih dapat diukur dari tingkat kepuasan pelanggan.
Konsep biasanya digunakan dalam mendiskripsikan segala variabel yang abstrak dan kompleks, sedangkan variabel yang diartikan sebagai konsep yang lebih konkret, yang acuan-acuannya lebih nyata. Suatu variabel adalah konsep tingkat rendah, yang acuan-acuannya relatif mudah diidentifikasikan dan observasi serta dengan mudah diklasifikasi, dan diukur. Dalam makalah ini akan sedikit dibahas tentang variabel dan indikator dalam penelitian.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Apa Pengertian Variabel dan Indikator Dalam Penelitian?
B. Apa Sajakah Macam-Macam Variabel?
C. Bagaimanakah Hubungan Variabel Dengan Variabel Lain?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Variabel
Kata variabel tidak ada dalam perbendaharaan Indonesia karena variabel berasal dari kata bahasa Inggris variable yang berarti faktor yang tetap atau berubah-ubah. Namun bahasa Indonesia kontemporer telah terbiasa menggunakan kata variabel ini dengan pengertian yang lebih tepat disebut bervariasi. Dengan demikian variabel adalah fenomena yang bervariasi dalam bentuk, kualitas, kuantitas, mutu standart dan sebagainya.
Dari pengertian ini, maka variabel adalah sebuah fenomena (yang berubah-ubah) dengan demikian maka bisa jadi tidak ada satu peristiwa di alam ini yang tidak dapat disebut variabel, tinggal tergantung bagaimana kualitas variabelnya, yaitu bagaimana bentuk variasi fenomena tersebut. Ada fenomena yang spektrum variabelnya sederhana, tetapi juga ada fenomena lain dengan spektrum variasi yang sangat komplek. Misalnya fenomena jenis kelamin manusia. Kalau dikelompokkan hanya ada dua jenis kelamin, yaitu manusia laki-laki dan manusia perempuan. Sedangkan fenomena yang lain seperti selera memilih mode pakaian, mungkin tidak dapat dihitung berapa banyak variasinya karena masing-masing orang memiliki selera sendiri dalam hal memilih pakaian yang disukainya tergantung dari mana dan bagaimana mereka membuat konsep tentang variabel-variabel pakaian yang ada.[1]
Menurut S. Margono (1997), variabel didefinisikan sebagai konsep yang mempunyai variasi nilai (misalnya variabel model kerja, keuntungan, biaya promosi, volume penjualan, tingkat pendidikan manajer, dan sebagainya). Variabel dapat juga diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih. Misalnya variabel jenis kelamin (pria dan wanita), variabel ukuran industry (kecil, menengah dan besar), jarak angkut (dekat, sedang dan jauh), variabel sumber modal (modal dalam negeri dan modal asing), dan sebagainya.[2]
Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), berat badan (ada yang 40 kg, dan sebagainya). Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi.
Dengan demikian, kata variabel berarti dapat berubah. Oleh sebab itu setiap variabel dapat diberi nilai, dan nilai itu berubah-ubah. Nilai itu berupa nilai kuntitatif maupun kualitatif. Ukuran kuantitatif maupun kualitatif suatu variabel adalah jumlah dan derajat atributnya. Ada beberapa pengertian Indikator yang disampaikan oleh para pakar antara lain:
1. Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau kondisi. Contoh: berat badan bayi dan umurnya adalah indikator status nutrisi dari bayi tersebut ( Wilson, 1993).
2. Indikator adalah variabel yang mengindikasikan atau menunjukkan satu kecenderungan situasi, yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan (Green, 1992).
3. Indikator adalah variable untuk mengukur suatu perubahan baik langsung maupun tidak langsung (WHO, 1981). [3]
Variabel dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Variabel kuantitatif, misalnya luas wilayah, usia, jumlah jam belajar, dan sebagainya. Variabel kualitatif, misalnya tingkat kemakmuran, kepandaian, dan kebaikan.[4]
B. Macam-Macam Variabel
1. Variabel dilihat dari hasil pengukuran
a. Variabel nominal, yaitu variabel yang ditetapkan berdasarkan atas penggolongan. Variabel ini bersifat diskrit (bijaksana) dan saling pilih (mutually exclusive) antara kategori yang satu dengan kategori yang lain. Dengan kata lain variabel nominal adalah variabel yang kualitasnya tidak bermakna atau nama variabel hanyalah simbol saja, contoh : jenis kelamin, status pekerjaan, status perumahan dan sebagainya.
b. Variabel ordinal, yaitu variabel yang dibentuk berdasarkan atas jenjang dalam atribut tertentu : jenjang tertinggi dan terendah sesungguhnya ditetapkan menurut kesepakatan sehingga angka 1 atau angka 10 dapat berada pada tingkatan jenjang yang paling tinggi atau paling rendah. Misalnya, sejumlah orang Islam ditanya tentang ibadah shalat tahajud mereka, pasti nanti akan timbul jawaban selalu, sering, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah.
c. Variabel interval, yaitu variabel yang dibangun dari pengukuran. Dalam pengukuran tersebut diasumsikan terdapat satuan pangukuran yang sama. Misalnya, variabel pendapatan artis dangdut dalam setahun, sebagai berikut :
Rp.501.000.000,-s/d Rp.1.000.000.000,-, Rp.1.001.000.000,-s/d1.500.000.000,-, Rp. 1.501.000.000,s/d Rp. 2.000.000.000,-, dan seterusnya.
d. Variabel ratio, yaitu variabel yang memiliki permulaan angka nol mutlak. Misalnya, variabel umur : ada yang berumur 0, 1, 2, 3, 4 tahun dan seterusnya.[5]
2. Variabel dilihat dari sifatnya
Variabel dilihat dari sifatnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Variabel aktif adalah variabel yang memungkinkan untuk dimanipulasi atau diubah sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh peneliti. Metode mengajar merupakan suatu contoh variabel aktif. Pada suatu proses belajar mengajar, setiap saat seorang guru dapat mengganti metode mengajar yang digunakannya jika guru itu menghendakinya.
b. Variabel atributif merupakan variabel yang sifatnya tetap, dan dalam kondisi yang wajar sifat-sifat itu sukar diubah. Variabel ini identik dengan variabel nominal. Seperti jenis kelamin, jenis pekerjaan, jenis sekolah, tempat tinggal, dan sebagainya. Sifat yang ada padanya adalah tetap, dan peneliti senantiasa hanya mampu berbuat untuk memilih atau menyeleksi. Oleh karena itu, variabel jenis ini disebut juga variabel selektif. Dalam proses pengelompokan subjek, misalnya peneliti akan mengelompokkan ke dalam sub kelompok sampai dengan kriteria sebagai berikut :
- Kelompok wanita yang anak guru.
- Kelompok wanita yang bukan anak guru.
- Kelompok pria yang anak guru.
- Kelompok pria yang bukan anak guru.
Peneliti hanya menyeleksi subjek dengan karakteristik yang ada pada tiap subjek atau unit sampel.[6]
3. Variabel dilihat dari peranannya
a. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang menyebabkan atau memengaruhi yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati.
b. Variabel tak bebas atau tergantung atau terikat (dependent variable) adalah suatu variabel respons atau hasil. Variabel ini adalah aspek perilaku yang diamati dari organisme yanga telah diberi stimulasi. Variabel ini juga merupakan faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul, atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti.
c. Variabel perantara (intervening variable) yaitu proses belajar yang terjadi pada subjek yang diteliti.[7]
C. Hubungan Antar Variabel
Apabila hubungan antara variabel merupakan inti penelitian ilmiah, maka tentunya perlu diketahui berbagai macam hubungan antara variabel lainnya. Hubungan antar variabel terbagi menjadi :
1. Hubungan simetris
Suatu variabel dikatakan mempunyai hubungan simetris apabila variabel yang satu tidak disebabkan atau dipengaruhi oleh yang lainnya. Contohnya, variabel pendapatan tukang becak sebulan tidak ada sangkut pautnya dengan tingkat curah hujan pada bulan tersebut. Begitu pula sebaliknya, tingkat curah hujan tidak ada kaitannya dengan pendapatan tukang becak sebulan itu.
Ada empat kelompok hubungan simetris, yaitu :
a. Kedua variabel merupakan indikator sebuah konsep yang sama. Pada suatu saat orang bersuara sendu, kemudian mengeluarkan air mata, tandanya ia menangis. Namun tidak dapat dikatakan bahwa seseorang mengeluarkan air mata menyebabkan ia bersuara sendu, atau sebaliknya.
b. Kedua variabel merupakan akibat dari suatu faktor yang sama. Kebijakan pemerintah membebaskan pajak import barang mewah, berakibat meningkatnya permintaan barang import dalam negeri. Kebijakan kemudahan pemberian kredit sepeda motor berakibat terhadap pertumbuhan angkutan ojek di masyarakat.
c. Kedua variabel saling berkaitan secara fungsional, di mana satu berada yang lainnya pun pasti di sana. Di mana ada guru di sana ada murid, di mana ada majikan di sana ada buruh.
d. Hubungan yang kebetulan semata-mata. Seorang ibu penumpang pesawat Lion Air, sebulan kemudian mendapat hadiah jutaan rupiah yang menjadikannya seorang milioner. Hubungan antara naik pesawat dan hadiah jutaan rupiah hanyalah kebetulan karena maskapai Lion Air sedang menyelenggarakan program hadiah jutaan rupiah.
2. Hubungan timbal balik
Hubungan timbal balik adalah hubungan di mana suatu variabel dapat menjadi sebab dan juga akibat dari variabel lainnya. Contoh, penanaman modal mendatangkan keuntungan dan pada gilirannya keuntungan akan memungkinkan penanaman modal. Dengan demikian, variabel terpengaruh dapat pula menjadi variabel pengaruh pada waktu lain.
3. Hubungan asimetris
Hubungan ini mendeskripsikan suatu variabel memengaruhi variabel yang lain. Hubungan asimetris terdiri dari enam tipe,yaitu :
a. Hubungan antara stimulus dan respons
b. Hubungan antara disposisi dan respons
c. Hubungan antara ciri individu dan disposisi atau tingkah laku
d. Hubungan antara prakondisi yang perlu dengan akibat tertentu
e. Hubungan yang imanen antara dua variabel
f. Hubungan antara tujuan dan cara[8]
IV. ANALISIS
Sesudah penelitian dirumuskan dan studi kepustakaan dilakukan, maka langkah selanjutnya bagi seorang peneliti untuk merumuskan hipotesis. Hipotesis tersebut harus berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan. Peneliti juga harus menentukan variabel-variabel mana yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis tersebut. Variabel-variabel yang ingin digunakan perlu ditetapkan, diidentifikasi, dan diklasifikasikan. Untuk mengukur suatu variabel atau konsep maka diperlukan alat ukur yang tepat. Dengan adanya alat ukur yang tepat, peneliti dapat menghubungkan suatu konsep yang abstrak dengan realita dan dapat merumuskan serta menguji hipotesis tanpa memperoleh kesulitan.
Dengan menggunakan ukuran-ukuran yang cocok untuk suatu konsep atau variabel, maka dalam ilmu-ilmu sosial konsep yang berbentuk kualitatif perlu diberikan ciri kuantitatif dengan membuat skala. Dengan kata lain, skala diperlukan untuk mengubah atribut dengan cirri kualitatif ke dalam bentuk variabel yang sifatnya kuanttitatif.
Dalam praktek penelitian, seringkali mengenali keberadaan variabel-variabel itu cukup menyulitkan. Hal ini diantaranya disebabkan oleh keberadaan masalah yang diteliti secara tidak jelas menuntun diperoleh nya pengenalan terhadap faktor mana diasumsi sebagai variabel apa. Oleh karena itu, ketelitian dalam menganalisis variabel merupakan salah satu kunci keberhasilan penelitian.
V. KESIMPULAN
A. Pengertian Variabel
Kata variabel tidak ada dalam perbendaharaan Indonesia karena variabel berasal dari kata bahasa Inggris variable yang berarti faktor yang tetap atau berubah-ubah. Jadi, variabel adalah fenomena yang bervariasi dalam bentuk, kualitas, kuantitas, mutu standart dan sebagainya.
B. Macam-macam variabel
1. Variabel dilihat dari hasil pengukuran, yaitu : variabel nominal, variabel ordinal, variabel interval, dan variabel ratio.
2. Variabel dilihat dari sifatnya, yaitu : variabel aktif dan variabel atributif.
3. Variabel dilihat dari peranannya, yaitu : variabel bebas (independent variable), variabel tak bebas atau tergantung atau terikat (dependent variable), dan variabel perantara (intervening variable).
C. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan simetris
2. Hubungan timbal balik
3. Hubungan asimetris
VI. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat saya buat, semoga dapat bermanfaat bagii para pembaca pada umumnya dan pemakalah khususnya. Saya menyadari, bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demii kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta, 2010.
Bungin, Burhan,, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2005.
Setyosari, Punaji, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2005
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, Jakarta : LP3ES, 1989.
Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta : PT. Bumii Aksara, 2009.
File:///C:/Users/User/Downloads/pengertian-indikator.htm diakses pada Senin, 29 April 2013 pukul 13.00
[1] Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2005), hlm. 59-60
[2] Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta : PT. Bumii Aksara, 2009), hlm. 144
[3] file:///C:/Users/User/Downloads/pengertian-indikator.htm diakses pada Senin, 29 April 2013 pukul 13.00
[4] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), hlm. 159
[7] Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2005), hlm. 123-124
[8] Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta : LP3ES, 1989), hlm. 51-55
Tidak ada komentar:
Posting Komentar